Minggu, 04 September 2022

MATERI PEMBELAJARAN TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU

 

 

Karakteristik tumbuhan lumut dan paku

 

Kedua tanaman ini dapat melakukan fotosintesis. Artinya bisa memproduksi makanannya sendiri karena memiliki klorofil atau zat hijau daun.

 

Lumut merupakan tumbuhan Bryophyta karena tidak memiliki daun, batang dan akar sejati. Hanya memiliki rhizoid sebagai akar, pembuluh angkutnya berupa sel parenkim dan memiliki daun yang sangat kecil. Berbeda dengan tanaman paku yang tergolong Thallophyta (Thallus) yang telah memiliki daun, batang dan akar sejati. Pembuluh angkutnya berupa xylem dan floem. Daun tanamannya menggulung dan akar berupa rhizoid bisa terbenam dalam tanah.

 

Kedua tanaman ini hidup pada tempat yang lembab. Tanaman paku biasa dijumpai sebagai epifit (menempal) pada batang tanaman lain atau bahan organic tanaman yang telah mati atau sampah organic (saprofit). Tanaman lumut bisa ditemui pada tembok, sumur atau batuan yang lembab atau sedikit terlindungi. Para penjelajah bisa menggunakan tanaman ini sebagai kompas alam.

 

Ukuran tanaman paku jauh lebih besar dibanding lumut. Jika lumut hanya mencapai satu hingga 20 cm, tanaman paku bisa tumbuh hingga setengah bahkan satu meter. Tanaman hias seperti suplir dan bunga berdoa adalah contoh tanaman paku. Keduanya tidak memiliki bunga dan biji. Alat perkembangbiakannya dengan menggunakan spora. Kedua tanaman ini mengalami metagenesis. Artinya mengalami pergiliran keturunan dengan dua fase perkembangbiakan yakni sporofit/tidak kawin dan gametofit/kawin.

 

Terdapat perbedaan menyolok metagenesis pada kedua jenis tanaman ini. Tumbuhan paku yang dilihat sehari-hari adalah fase sporofit. Sedangkan, jika kalian melihat lumut yang menempel pada batuan itu merupakan fase gametofitnya. Apakah perbedaan sporofit dan gametofit?

 

Fase pembentukan spora disebut sporofit. Fase ini bersifat aseksual atau tidak melakukan peleburan sel (tidak kawin). Sifat selnya diploid artinya masih memiliki dua sel dalam kromosomnya. Fase gametofit merupakan tahap pembentukan gamet atau alat kelamin (sel sperma dan ovum). Fase ini bersifat seksual atau kawin. Sifat selnya haploid artinya memiliki seperdua atau seperuh dari sifat induknya.

 

Selain kedua fase tersebut, terdapat istilah-istilah yang perlu dipahami dalam metogenesis (pergiliran keturunan) tanaman paku dan lumut.

1.        Mikrospora : Spora berukuran kecil sebagai penghasil sel kelamin jantan (sel sperma)

2.      Makrospora : Spora berukuran besar sebagai penghasil sel kelamin betina (sel telur)

3.      Protalium : Generasi gametofit tumbuhan paku sebagai penghasil sel kelamin jantan dan berina.

4.      Anteridium : Penghasil sel jantan (sel sperma)

5.      Arkogonium : Penghasil sel kelamin betina (sel telur)

6.      Sel sperma / spermatozoid : Sel kelamin jantan

7.      Sel telur : Sel kelamin betina

8.      Makrosporangium : Penghasil makrospora (spora ukuran besar) yang akan tumbuh menjadi protalium betina.

9.      Mikrosporangium : Penghasil mikrospora (spora ukuran kecil) yang akan tumbuh menjadi protalim jantan.

10.   Protonema : Tahap awal pertumbuhan lumut yang berasal dari spora

11.     Sporogonium : Hasil pertumbuhan zigot pada lumut yang berupa kotak spora berbentuk kapsul

12.    Sporangium : tempat pembentukan spora pada fase sporofit tanaman lumut

13.    Zigot : Sel yang terbentuk dari hasil peleburan sel kelamin jantan (sel sperma) dan sel kelamin betina (sel ovum)

14.   Diploid (2n) : Sel yang memiliki gen penuh dari kedua induknya

15.   Haploid (n) : sel yang memiliki gen separuh dari induknya

 

 

Siklus hidup tanaman paku

 

Tumbuhan paku yang terlihat merupakan fase sporofit sehingga bersifat heterospora (spora yang dikandunganya berbada – jantan dan betina). Tanaman ini akan menghasilkan spora jantan dan betina. Tahap ini fase sporofit dimulai dengan sel yang bersifat diploid (2n). Selanjutnya akan membentuk dua jenis sporangium yakni Mikrosporangium dan makrosporangium. Mikrosporangium akan membentuk mikrospora sedangkan makrosporangium akan membentuk makrospora. Fase ini merupakan akhir dari generasi sporofit. Fase gametofit dimulai dengan pembentukan protalium. Protalium jantan berasal dari mikrospora sedangkan protalium betina berasal dari makrospora. Anteridum kemudian dibentuk dari protalium jantan dan arkogonium berasal dari protalium betina. Anteridium akan menghasilkan sel sperma atau spermatozoid dan arkogonium akan menhasilkan sel kelamin betina atau sel telur. Peleburan kedua sel ini akan menghasilkan zigot sebagai bakal individu baru tumbuhan paku. Inilah tahap akhir generasi gametofitnya. Tumbuhan pun akan berkembang menjadi dewasa sebagai generasi sporofit kembali. Siklus pun akan berjalan seperti semula.

 

 

Siklus hidup tanaman lumut

 

Berbeda dengan tanaman paku, tumbuhan lumut yang terlihat dalam kehidupan kita merupakan fase gametofit. Tumbuhan dewasa yang bersifat gametofit akan menghasilkan anteridium dan arkogonium. Sel kelamin jantan atau sperma akan dihasilkan melalui anteridium sedangkan arkogonium membentuk sel kelamin betina atau sel telur. Peleburan kedua sel ini akan menghasilkan zigot yang bersifat diploid (2n). Inilah tahap akhir generasi gematofitnya. Selanjutnya tumbuhan lumut akan beralih pada generasi sporofit. Tahap ini dimulai dengan pembentukan sporogonium. Bagian ini akan membentuk sporangium. Inilah tempat pembentukan spora pada fase sporofit tanaman lumut. Spora ini sudah bersifat haploid. Setelah spora terbentuk maka akan berkembang menjadi protonema (tumbuhan lumut muda). Selanjutnya berkembang menjadi tumbuhan lumut dewasa yang masih bersifat haploid (n). Fase ini akan kembali lagi pada tahap pertama.

 

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAMPAH RUMAH TANGGA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

  Rumah tangga memproduksi sampah setiap hari. Hal ini sesuai dengan aktivitas penghuninya. Sebagia besar berupa bahan organik, Misalnya sis...